Tuesday, September 04, 2012

Sandal Jepit Istriku

Rasulullah s.a.w bersabda:
“Sesungguhnya orang yang paling baik antara kamu semua adalah orang yang paling baik terhadap isterinya dan aku adalah orang yang terbaik antara kamu semua (dalam membuat kebaikan) terhadap isteriku.” - Hadis riwayat al-Tirmizi di dalam Sunan al-Titmidzi, kitab al-Manaqib, hadis no: 3830.
Rasulullah s.a.w bersabda:
“Orang yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya antara mereka dan yang paling baik adalah yang paling baik akhlaknya terhadap isteri-isterinya.” - Hadis riwayat al-Tirmizi di dalam Sunan Tirmizi, hadis no: 1082.

Cerita ini yang dipetik dari banyak blog. Penulis asal tak diketahui. Semoga Allah memberi ganjaran kepada penulis asal ini. Banyak pengajarannya. Mudah-mudahan jadi pencen kuburnya nanti.

Selera makanku mendadak punah. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh… betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak seperti ini makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop ini rasanya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin nggak ketulungan. “Ummi… Ummi, kapan kau dapat memasak dengan benar…? Selalu saja, kalau tak keasinan…kemanisan, kalau tak keaseman… ya kepedesan!” Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu.”Sabar bi…, Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Katanya mau kayak Rasul…? ” ucap isteriku kalem. “Iya… tapi abi kan manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini…!” Jawabku dengan nada tinggi. Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam. Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya sudah merebak.

***

Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan ‘baiti jannati’ di rumahku. Namun apa yang terjadi…? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal burak (pecah). Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini. Piring-piring kotor berpesta pora di dapur, dan cucian… ouw… berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat, karena berhari-hari direndam dengan detergen tapi tak juga dicuci.

Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada. “Ummi…ummi, bagaimana abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini…?” ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Ummi… isteri sholihat itu tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah…?” Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu. “Ah…wanita gampang sekali untuk menangis…,” batinku berkata dalam hati. “Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihat…? Isteri shalihat itu tidak cengeng,” bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai dipipinya. “Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini berantakan karena memang ummi tak bisa mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk kerja untuk jalan saja susah. Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali,” ucap isteriku diselingi isak tangis. “Abi nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda…” Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak.

***

Bi…, siang nanti antar Ummi ngaji ya…?” pinta isteriku. “Aduh, Mi… abi kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya?” ucapku. “Ya sudah, kalau abi sibuk, Ummi naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan di jalan,” jawab isteriku. “Lho, kok bilang gitu…?” selaku. “Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Ummi gampang pusing kalau mencium bau bensin. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam bus dengan suasana panas menyengat. Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa,” ucap isteriku lagi. “Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja,” jawabku ringan. Pertemuan hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji. Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai.

Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu. Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal. “Wanita, memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu,” aku membathin sendiri. Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit sepasang sepatu indah. Dug! Hati ini menjadi luruh. “Oh….bukankah ini sandal jepit isteriku?” tanya hatiku. Lalu segera kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai kemana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya bersepatu bagus. “Maafkan aku Maryam,” pinta hatiku. “Krek…,” suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas menyelinap ke tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab indah dan cerah, secerah warna baju dan jilbab umminya. Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali melintas ukhti-ukhti yang lain. Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar.

Penantianku berakhir ketika sesosok tubuh berbaya gelap dan berjilbab hitam melintas. “Ini dia mujahidahku!” pekik hatiku. Ia beda dengan yang lain, ia begitu bersahaja. Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya. Diam-diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri. Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun untuknya. Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan isteriku, padahal di balik semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai Maryamku.

Aku benar-benar menjadi malu pada Allah dan Rasul-Nya. Selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang isteriku tak pernah kuurusi. Padahal Rasul telah berkata: “Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya.” Sedang aku..? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar menggauli isterinya dengan baik. Sedang aku…? terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya. Aku benar-benar merasa menjadi suami terdzalim!!! “Maryam…!” panggilku, ketika tubuh berbaya gelap itu melintas. Tubuh itu lantas berbalik ke arahku, pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas kehadiranku di tempat ini. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. Senyum bahagia. “Abi…!” bisiknya pelan dan girang. Sungguh, aku baru melihat isteriku segirang ini. “Ah, kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?” sesal hatiku.

***

Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika tahu hal itu, senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya. “Alhamdulillah, jazakallahu…,”ucapnya dengan suara tulus. Ah, Maryam, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-lagi sesal menyerbu hatiku. Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud dan ‘iffah sepertimu? Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatianku…?

Tuesday, May 22, 2012

Mencari Noktah Cinta

Topik terpaksa ditulis ala-ala jiwang kerana itulah yang terpendam di dalam hati sekarang ini. Tanganku yang gatal ini telah membuat carian ke atas satu nama dan terjumpa.

 

There were 5 of them. 2 ladies and 3 guys in the group.  They hang out together, did things together, went to movies, played cards, watched TV.  The other lady of course, was with one of the guys. The other guy is an Iban so naturally the other lady and the other guy in the group who were of the same race and religion could or would be a couple. Well, almost.

 

They spend time together, just the two of them but they were never boyfriend and girlfriend. She had a boyfriend and he had a girlfriend. He broke off with the girlfriend and she broke off with the boyfriend. Both of them stayed together but never defined their relationship. Never talked about it either.

 

He graduated a year much earlier than the lady. Went back to his hometown. Letters were sent to each other. (Well masa tu dah ada email but it was on a mainframe, kena pegi computer lab, alamak it sounds so ancient!!). And one of the letters, he said he was going to be engaged.

 

She came back a year later. Received an invitation card to the wedding. She never went to the wedding.

 

18 tahun kemudian, noktah cinta itu akhirnya ditemui. Cinta kepada manusia tidak penting. Cinta abadi hanya cinta kepada Allah. Tidak perlu dibincang, tidak perlu untuk defined kerana cinta kepada Allah, cinta yang pasti, cinta yang pasti dibalas, cinta yang tidak akan dikeciwakan, cinta yang pasti ada jawapan, cinta yang pasti ada di penghujungnya  kebahagiaan abadi.

 

Ya Allah, alangkah bodohnya hambamu ini. Ampunkanlah hambamu ini. Terimalah taubatku.

Friday, April 13, 2012

Apabila Allah berbicara II

Pemergianku ke Tanah Suci mengajar hakikatku sebagai hamba kepada Tuhannya. Apakah harus aku berburuk sangka dengan Tuhanku apabila diuji dengan ujian? Alangkah berdosanya jiwa ini. Semoga Allah mengampuni setiap dosaku yang timbul dari perasaan itu. Aku dijemput ke Tanah HaramNya tetapi tidak diundang masuk ke dalam rumahNya. Aduh beratnya jiwa menanggungnya. Namun, itulah hikmahnya. Ayat-ayatNya yang mempunyai terjemahan yang kubaca di bilik dan di kawasan saie rupa-rupanya ayat-ayat bicara Allah denganku. Aku sujud taubah kepadaNya sambil merayu memohon dibenarkan masuk ke rumahnya untuk tawaf disekeliling kaabah. Doaku diperkenankan, Alhamdullilah, sempurnalah ibadahku. Namun, hati ini masih rindu, masih belum puas. Ya Allah, Engkau kirimkanlah sekali lagi jemputanMu kepada ku untuk aku berkunjung ke rumahMu lagi.

 

Segala sesuatu yang kita lakukan, buatlah kerana Allah. Bersedekahlah seikhlas hati kerana Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengasihani, Maha Penyayang, Maha Mendengar, Maha Sempurna, Dia mendengar segala-segalanya. Mohonlah petunjuk, mohonlah bantuan padaNya sahaja.

 

Semoga perjalanan ini bukan perjalananku yang terakhir untuk berkunjung ke rumahMu. Sekira ia, jadikanlah perjalanan ini perjalanan taubahku untuk menghapus segala dosa-dosa yang aku lakukan dan balaskan aku dengan syurga. Ya Allah.

Thursday, April 12, 2012

Apabila Allah berbicara

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar

Sesungguhnya Allah Maha Agung, Tiada Tuhan yang patut Disembah melainkan Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui segala rahsia.

Sesungguhnya Allah Maha Bijaksana, Maha Mengasihani.

 

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar

 

Ya Rabbi, Engkau jadikanlah aku seorang hamba yang sentiasa bertaubat, yang sentiasa mengingati Nama-namaMu. Sesungguhnya aku datang dengan tiada daya, tiada upaya kecuali dengan izinMU, Ya Allah.

 

Sesungguhnya Engkau Maha Lembut, aku diajar dengan cukup lembut. Sesungguhnya Engkau Maha Penyayang, aku diajar dengan penuh kasih sayang. Alhamdullilah, mata ku Engkau buka, hati ku Engkau buka.

 

Ya Rabb, setiap kali berdoa, tiada yang lain ku pinta, jemputlah aku sebagai tetamuMu yang paling istimewa. Kunjunganku memang Engkau sambut dengan penuh istimewa, penuh dengan pengajaran dan ingatan. Aku hanya sedar itu apabila ayat-ayatMu aku baca ketika berada di dalam bilik. Subhanallah, selama yang aku baca ayat-ayatMu, aku tidak menyedari Engkau rupanya berbicara denganku. Astagfirullah, alangkah jahilnya aku. Ampunilah aku Ya Rabb.

 

Dosaku terlalu banyak. Hatiku penuh dengan noda-noda hitam. Dosa dan noda itu telah menutup hatiku untuk menyedari kehadiranMu Ya Allah. Ampunkanlah aku.

 

Ya Allah, ampunkanlah dosa-dosaku. Kirimkan sekali jemputan istimewaMu kepadaku. Aku masih rindu, masih belum puas tawaf disekeliling KaabahMu yang Mulia itu. Aku masih mahu berbicara denganMu Ya Allah.

 

Tiadalah daya bagi ku Ya Allah. Tiadalah upaya bagi ku Ya Allah. Hanya padaMu, aku pinta pertolongan. Ampunkanlah dosa-dosaku.

 

Perjalananku baru bermula. Bimbinglah aku Ya Allah agar perjalananku yang seterusnya di dalam redhaMu. Ya Allah, aku berjanji  akan aku perbetulkan segala kesalahan yang aku lakukan sebelum ini, aku berjanji ya Allah, akan melakukan segala urusanku keranaMu yang Allah. Aku berjanji ya Allah aku akan bersedekah dengan seikhlas hati keranaMu Ya Allah. Aku berjanji ya Allah, aku akan tingkatkan pencarian ilmu agar aku benar-benar faham akan KebesaranMu , ya Allah.

Thursday, August 18, 2011

Yoga – my new found love

 

I have been going to Yoga Class since July and I am loving it. The above taken from http://www.womenshealthmag.com/yoga.

 

Cubalah, it is easy. The only thing you need to know is how to breath correctly.

Tuesday, August 16, 2011

An update to my new beginning

It has been a while since I last update this blog. Sorry for that, I am just plain lazy. Having a FB account doesn’t help either.

 

Anyway, it has been 4 months since I signed up at Fitness First. So far I have lost about 5 kg.  Is that good progress?  Well, losing weight is a journey, I think I will take the time I needed. I have taken up yoga at FF and loving it. I have not been able to go to FF during this bulan puasa, so I do yoga at home. One of the poses that I practice is called Sun Salutation (Surya Namaskar) , very powerful yoga exercise that combines few poses. We’ll see later if I could lose more weight. My target is to be the range of 50s with 20% of fat mass. Currently, I am still way off. Frankly, it is so frustrating not being able to lose more after all the hard work. But I guess I have to bersabar.

 

sun salutation

Check up the benefits below:

Health Benefits of Surya Namaskar Poses

In addition to the general health benefits associated with performing Surya Namaskar, each of the yoga poses in the series provides specific health benefits:

  • Pose 1 (and 12): Promotes balance, stimulates the respiratory system, exercises shoulder, back and neck muscles
  • Pose 2 (and 11): Promotes balance, promotes digestion, exercises arms and shoulder muscles, tones the spine, promotes flexibility in back and hips
  • Pose 3 (and 10): Promotes blood circulation, tones abdominal tracts, stretches back and leg muscles, stimulates spinal nerves, stimulates lymphatic system
  • Pose 4 (and 9): Exercises spine, strengthens hand and wrist muscles
  • Pose 5 (and 8): Stimulates blood circulation, strengthens the heart, strengthens wrist and arm muscles, relieves neck and shoulder tension
  • Pose 6: Strengthens leg and arm muscles, increases flexibility in neck and shoulders, stretches arms, shoulder, neck and back muscles, exercises back muscles, releases tension in neck and shoulder
  • Pose 7: Stimulates circulation to abdominal organs, tones digestive tract, stretches upper and lower body, promotes flexibility in the back, stimulates nerves in spine

Poses 8 through 12 are essentially repetitions of poses 5 through 1, respectively. The health benefits of each are similar to their corresponding poses.

Surya Namaskar is an exercise in itself, but it is also sometimes used as a warm up for other, more strenuous workouts. You can also perform Surya Namaskar at the end of other exercise routines as a way to relax and wind down. One of the best things about Surya Namaskar is how flexible and versatile a form of exercise it is for individuals at all fitness levels.

Wednesday, June 15, 2011

My New Beginning

This is how I shall start:

Weight: 69 kg

BMI : 27%

This is in Mar 2011. That was the reading when I went for a free health test at KPJ Selangor in Shah Alam. The cholesterol level was also sky high, I would update that later.

 

It got me thinking, how I would be in the next 5 years. I got my gallbladder removed in 1997, my tonsil in 2008 and thyroid in 2009. Nothing major health problem but I had all my accessories removed.

 

24 April 2011:

I signed for membership at the Fitness First. Initial test:

Weight: 67 kg

BMI: 25%

 

Fitness First

 

It looks like I lose 2 kg within 1 month. I don’t know whether it is correct or not but whatever it is I am still heavy for my frame of 155 cm. My BMI is still high.

 

25 May 2011:

Weight: 65 kg

Waist: 33 cm

 

I did lose 2 kg. I went for cardio exercise, weight training and yoga at least 3 times a week. From now on, I will keep track of my progress.

 

Heard from Dr Ozz on Oprah:

5 things that we need to measure on frequent basis:

1) Blood pressure

2) Waist measurement

3) Sugar level

4) Good cholesterol level

5) Bad cholesterol level

 

So, I will keep record on my weight & waist measurement. Wish me luck.

Oh I forgot to mention this but i am enjoying every bit of the exercise. Seriously, I should have done this long time ago.

 

Another thing I should record is my food intake but I need to do more study on this, eg the calories on certain food has. The only things is that there is not many information on Malaysian food calories.